Tafsir Surat Al Zalzalah dan Al Adiyat
Tafsir Surat Al Zalzalah dan Al ‘Adiyat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Kitab الدروس المهمة لعامة الأمة (pelajaran-pelajaran penting untuk segenap umat). Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 20 Jumadal Awwal 1440 H / 27 Januari 2019 M.
Download kajian sebelumnya: Tafsir Surat Al-Fatihah
Status Program Kajian Tentang Pelajaran Penting untuk Umat
Status program Kajian Tentang Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap ahad & senin pukul 17.00 - 18.00 WIB.
Kajian Ilmiah Tentang Tafsir Surat Al Zalzalah dan Al ‘Adiyat
Tafsir Surat Al Zalzalah
Para pemirsa dan pendengar Rodja semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita akan memulai tafsir surat Al Zalzalah.
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا ﴿١﴾ وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا ﴿٢﴾ وَقَالَ الْإِنسَانُ مَا لَهَا ﴿٣﴾ يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا ﴿٤﴾ بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَىٰ لَهَا ﴿٥﴾ يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِّيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ ﴿٦﴾ فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ﴿٧﴾ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ ﴿٨﴾
“Apabila bumi diguncangkan dengan seguncang-guncangnya. Dan bumi mengeluarkan isinya. Dan manusia berkata, ‘apa yang terjadi dengannya?’ Pada hari itu bumi mengabarkan tentang berita-beritanya. Bahwasanya Tuhanmu mewahyukan kepadanya hal tersebut. Pada hari itu manusia semua dibangkitkan untuk melihat amalan-amalan mereka.Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah[99]: 1-8)
Ini adalah surat yang sangat agung yaitu surat Al Zalzalah. Dalam surat ini Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan tentang huru-hara pada hari kiamat nanti. Yaitu hal-hal yang terjadi ketika kiamat dimulai. Dan diantara hal yang pertama kali terjadi yaitu bumi akan diguncangkan. Allah ta’ala berfirman:
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا ﴿١﴾
Bumi akan bergoncang, bergerak dan mengeluarkan isinya. Yaitu bumi akan mengeluarkan apa yang ada dalam perut bumi dari orang-orang yang telah meninggal yang dimakamkan di dalam bumi. Kemudian bumi juga akan mengeluarkan apa yang ada di perut-perut bumi dari hal-hal yang lain. Manusia dibangkitkan semuanya pada hari tersebut agar mereka menghadap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا ﴿٢﴾
Yaitu manusia dibangkitkan. Bangkit dari kuburnya untuk dikumpulkan di padang mahsyar dan mempertanggungjawabkan segala amalannya dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika itu manusia merasa heran dengan perkara yang luar biasa dan pemandangan yang sangat menakutkan. Mereka mengatakan مَا لَهَا (apa yang terjadi dengannya?). Apa yang terjadi dengan bumi yang mengeluarkan isinya?
يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا ﴿٤﴾
Hari itu pada hari kiamat. Bumi mengabarkan tentang segala apa yang terjadi di atas muka bumi. Di sini kita mengetahui bahwa bumi menjadi saksi atas apa yang terjadi di atasnya dari perbuatan manusia, dari ucapan-ucapan yang mereka lakukan. Dan ini adalah persaksian dari bumi terhadap apa yang dikerjakan oleh manusia dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana firman Allah:
بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَىٰ لَهَا ﴿٥﴾
Allah memerintahkan bumi dan mengizinkan untuk menjadi saksi. Kemudian setelah itu manusia dikumpulkan di padang mahsyar untuk menemui balasan dan hisab semua tergantung amalan-amalan masing-masing.
يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِّيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ ﴿٦﴾
Pada hari itu (pada hari kiamat), datang berkelompok-kelompok, berjenis-jenis, tergantung amalan yang mereka lakukan baik itu amalan kebaikan atau keburukan. Agar mereka menyaksikan sendiri amalan mereka dan mereka berdiri di padang mashsyar untuk melihat baik itu amalan kebaikan ataupun amalan keburukan. Semuanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hitungan amalan kebaikan dan keburukan dihitung seperti hitungan semut. Yaitu semua melihat amalan-amalan mereka. Tidak ada sedikitpun yang dikurangi dari amalan mereka, baik itu amalan kebaikan ataupun amalan keburukan. Yang kecil maupun yang banyak, semua akan mendapatkan balasan. Amalan kebaikan tentu akan mendapat balasan yang baik dan amalan yang buruk akan mendapat balasan yang buruk pula.
Firman Allah:
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ﴿٧﴾
“Barangsiapa yang melakukan kebaikan sebesar Dzarrah ia akan melihatnya dan barangsiapa yang melakukan keburukan maka ia akan melihatnya.”
Adz-Dzarrah yaitu satu dari anak semut. Karena timbangan pada hari kiamat nanti seperti demikian. Baik itu untuk amalan kebaikan maupun amal dan keburukan. Maka di sini ada peringatan bagi kita semua jangan sampai kita melalaikan dan menganggap remeh suatu kebaikan sedikitpun. Karena Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
“Hindarilah api neraka walaupun dengan bersedekah hanya separuh buah kurma.” (HR. Muslim No. 1689)
Karena timbangan pada hari kiamat nanti seperti timbangan semut. Maka barangsiapa yang melakukan kebaikan seberat dzarrah, maka ia akan melihatnya. Dan barangsiapa yang melakukan keburukan maka ia akan melihatnya dan dia akan mendapatkan balasan atas segala amalan yang telah mereka kerjakan.
Di sini kita diperingatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala agar jangan sampai kita meremehkan dosa-dosa kecil. Dalam hadits riwayat Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, Rasulullah bersabda:
إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الْأَعْمَالِ فَإِنَّ لَهَا مِنْ اللَّهِ طَالِبًا
“Hati-hatilah kalian dari dosa-dosa kecil, karena Allah akan menuntut balas terhadap amalan tersebut” (HR. An-Nasa’i)
Maka wajib bagi kita semua untuk meninggalkan segala dosa. Baik itu dosa besar maupun dosa kecil. Dan barangsiapa yang terjatuh dari perbuatan dosa tersebut, hendaklah segera bertaubat dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tafsir Surat Al ‘Adiyat
وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا ﴿١﴾ فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا ﴿٢﴾ فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا ﴿٣﴾ فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا ﴿٤﴾ فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا ﴿٥﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ ﴿٦﴾ وَإِنَّهُ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ ﴿٧﴾ وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ ﴿٨﴾ أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ ﴿٩﴾ وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ ﴿١٠﴾ إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيرٌ ﴿١١﴾
“Demi kuda-kuda yang berlari kencang sampai terengah-engah. Yang memercikan api disebabkan kencangnya lari kuda-kuda tersebut. Yang menyerang dengan tiba-tiba pada waktu Fajar. Dan menerbangkan debu-debu. Yang menyerbu ke tengah-tengah musuh. Sesungguhnya manusia sangat ingkar kepada Rabbnya. Dan dia mengetahui keingkaran tersebut. Dan sesungguhnya manusia sangat cinta terhadap harta. Tidakkah dia mengetahui apabila telah dibangkitkan apa yang berada di alam kubur Dan ditampakkan apa yang ada di dalam dada. Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui.” (QS. Al ‘Adiyat[100]: 11)
Ini adalah surat yang yang sangat agung, yaitu surat Al ‘Adiyat. Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan makhluk-makhluk ini. Dan boleh bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan apa yang ia kehendaki dari makhluk-makhlukNya. Sumpah Allah dengan makhluk-makhluk ini menunjukkan kemuliaan makhluk-makhluk tersebut.
Adapun makhluk (hamba) tidak boleh bersumpah kecuali dengan nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana sabda Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
مَنْ كَانَ حَالِفًا فَلْيَحْلِفْ بِاللَّهِ أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang bersumpah hendaklah dia bersumpah atas nama Allah atau kalau tidak, lebih baik diam” (HR. Bukhari)
Juga sabda beliau:
“Barangsiapa yang bersumpah selain dengan nama Allah, maka ia telah berbuat kekufuran atau kesyirikan.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi)
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا ﴿١﴾
Dan demi kuda-kuda yang berlari kencang. Ini adalah sumpah dari Allah Tabaraka wa Ta’ala dengan kuda-kuda yang berlari dengan kencang. Yang di atas kuda-kuda tersebut ada para Mujahid (orang-orang yang berjihad) dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang bersabar mengharap pahala dariNya dan meniatkan jihad mereka untuk meninggikan kalimat Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Kata الْعَادْوُ adalah maknanya jelas. Yaitu lari yang yang cepat menuju tempat-tempat musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kata الضَّبْحُ adalah yang dimaksud nafas kuda. Karena saking kencangnya lari kuda-kuda tersebut, maka keluar dari nafas mereka suara-suara terengah-engah.
فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا ﴿٢﴾
Yang memercikan api. Yaitu sepatu-sepatu kuda tersebut disebabkan kencangnya lari kuda-kuda tersebut. Ketika kaki-kaki kuda terkena tanah yang keras atau terkena dengan kerikil, maka terpercik api dari kaki-kaki kuda tersebut. Ini menunjukkan kuatnya dan kencangnya lari kuda-kuda tersebut.
فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا ﴿٣﴾
Yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu subuh. Yaitu yang menyerang musuh diwaktu subuh. Karena ini adalah kebiasaan Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta tentara-tentaranya. Ia selalu menyerang musuh di waktu Fajar.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا ﴿٤﴾
Yang menerbangkan debu-debu. Yaitu ketika kuda tersebut berlari sangat kencang menuju tempat musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kuda tersebut menerbangkan debu-debu di medan peperangan. Karena kuatnya dan kencangnya lari kuda-kuda tersebut.
فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا ﴿٥﴾
Yaitu kuda-kuda tersebut membawa orang-orang yang berperang dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kumpulan musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka kuda-kuda tersebut berlari dengan kencang dan masuk ke dalam barisan-barisan musuh. Sampai dengan izin Allah mereka dikalahkan.
Ini adalah sumpah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun dengan apa Allah bersumpah, di sini Allah bersumpah dengan keadaan manusia:
إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ ﴿٦﴾
Sesungguhnya manusia benar-benar sangat ingkar kepada Rabbnya. Kata الكنود adalah ia mengingkari nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ini adalah keadaan manusia secara umum. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan dengan banyak karunia, nikmat yang bermacam-macam dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi manusia ingkar terhadap nikmat-nikmat dan karunia tersebut.
Mereka selalu pelit dan bakhil, tidak menginfakkan, tidak bersedekah, tidak mencurahkan apa yang telah Allah berikan kepadanya kecuali orang-orang yang diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَإِنَّهُ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ ﴿٧﴾
Dan sesungguhnya manusia (kita semua) tahu akan sifat ini. Yaitu sifat bakhil, sifat ingkar terhadap nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ ﴿٨﴾
Dan sesungguhnya manusia sangat cinta kepada harta. Manusia sangat senang, sangat suka, bahkan tidak puas terhadap apa yang dia dapatkan dari harta. Dia sangat mencintai harta dengan cinta yang sangat besar. Bahkan seandainya dia diberikan harta sebanyak satu lembah, maka ia akan menginginkan satu lembah yang lain lagi.
Kemudian Allah Tabaraka wa Ta’ala memberitahukan kepada kita satu hal yang dapat menolong kita untuk selamat dari sifat-sifat buruk ini. Allah berfirman:
أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ ﴿٩﴾
Tidakkah manusia mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur. Perkara ini penting untuk kita selalu ingat. Bahwasanya pengingkaran terhadap nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan cintanya manusia dan sibuknya manusia terhadap harta sehingga menyibukkan dari apa yang seharusnya ia lakukan yaitu beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tempat kembali manusia semuanya adalah ia akan mati kemudian ia akan dibangkitkan dan kemudian ia akan dibalas terhadap apa yang mereka kerjakan.
وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ ﴿١٠﴾
Dan ditampakkan apa yang ada di dalam hati, di dalam dada. Pada hari tersebut (hari kiamat) akan nampak semua apa yang tersembunyi dalam hati. Seorang hamba akan dibalas terhadap apa yang ia lakukan.
Apabila ia kikir, ia pelit dan ingkar terhadap nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, semua itu akan dibalas.
Keahlian Allah ‘Azza wa Jalla menutup surat ini dengan FirmanNya:
إِنَّ رَبَّهُم بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيرٌ ﴿١١﴾
Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui. Yaitu mengetahui amalan-amalan yang nampak maupun yang tidak nampak. Dan Allah akan membalas semua amalan-amalan tersebut.
Dan الخًبر adalah nama dari nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang berarti Allah Maha Mengetahui perkara-perkara yang tidak nampak dan tersembunyi. Sebagaimana Allah mengetahui perkara-perkara yang nampak dan kelihatan.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan taufikNya kepada kita semua dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan Do’a.
Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Tafsir Surat Al Zalzalah dan Al ‘Adiyat
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46556-tafsir-surat-al-zalzalah-dan-al-adiyat/